Sesalan Kisah dalam Dilema

Seharusnya Hujan yang Indah ini tak boleh menyiksa perasaan ku
Karena sejak dulu ia menjadi Sahabat duka yang selalu ku rindu
Tak seharusnya pula ia memberi Kecewa pada batin yang merana
Karena syair puisi senantiasa Tercipta pada saat kedatangannya
Tapi mengapa kehadirannya kali ini amat sangat tak kuharapkan
Bagi gersang pelatar Taman yang telah lama ditinggalkan usang
Merobek lembar masa Harapan untuk suatu sesalan kekecewaan
Yang senantiasa kelam Terpendam dan terkuakan bila dia datang

Memang bukan salah Sang Hujan turun bergegas menyapa Taman
Karena ia tak akan pernah tau apa yang selalu Aku sembunyikan
Sebuah kekecewaan akan Niatan yang tak urung hadir terwujud
Bias bayangan Semu yang tak pernah diri ini mampu tuk pahami
Hingga resah rintik kecilnya pun akan selalu lukai perasaan ini
Dimana tonggak rintangan senantiasa selalu dekat menghalang
Kepedulian itu seperti tak Hendak jua sadar menyapa keputusan
Hanya tatapan keKosongan dari sebuah Rencana yang terpendam

Seharusnya Hujan ini teramat Romantis menyapa sebuah harapan
Karena ia curahkan tangis kebahagiaan bagi para Bidadari Taman
Tak seharusnya Hujan ini mendilema Jiwa ku dalam keResahan
Bila cengkrama para penghuni Taman bersintesa sebuah harapan
Tetapi semua impian Kalbu begitu terasa jauh dalam bayangan
Memupuk subur dilemma keGelisahan menumbuhkan kebencian
Curahan pilu semakin menggoreskan Retakan luka yang berdebu
Perlahan merontokkan Kebahagiaan dan Bergugur satu demi satu

Apalah yang harus ku perbuat lagi bagi makna sebuah Keutuhan
Sedang dilemma selalu menghantui bersama datang Sang Hujan
Tiada keputusan yang pantas terUngkap dalam Seribu kebisuan
Dan hujan pun menyirami Racun kebencian ini semakin dalam
Tetapi mengapa harus Ku membenci Kedatangan Sang Hujan
Bukankah dia curahan Rahmat yang tak patut jadi kekecewaan
Hanya saja ia selalu datang tanpa lebih dahulu memberi pesan
Dalam Jiwa ku yang tak bisa lagi menahan beban kebingungan

Ah.. Maafkanlah Sesalan Jiwa Lusuh ku ini Duhai Sang Hujan..
DiKala kedatangan mu mulai saat ini tak ingin lagi kuharapkan
Karena kenangan bersama mu sungguh teramat begitu mendalam
Sesalan kebencian Jiwa ku pada mu bukanlah untuk suatu alasan
Bila harapan usang ini tak mampu lagi untuk bisa dipertahankan
Dimana keAngkuhan tetap membeku hancurkan kehidupan Taman


***
Dan Sapaan itu datang, Sejenak setelah Sang Hujan Menghilang
Alunan Gelisah teriakan seisi Taman yang telah mengecewakan
Menyambut Sedepa Pelangi yang mencipta Setengah Lingkaran
Mengiringi sebuah Perenungan panjang yang hampir terlupakan
Membias bersama alun syair Pujian, di senja redup suara Adzan