Mentari dan Rembulan

Wahai Sang Mentari..
Yang dulu senantiasa sinari taman hati ini, dalam canda riang sebuah harapan
Yang senantiasa memutar kehidupan taman jiwa, melindas sesal ke-putus-asa-an
Adakah di pagi nan letih ini, sudi kau hangatkan lagi pucuk2 harap dedaunan
Mengusir dingin tetes embun keresahan, yang senantiasa menyelimuti kegundahan

Wahai Sang Mentari..
Yang dulu senantiasa memberikan harapan, dalam gelisah yang tumbuh memilukan
Yang senantiasa terbit memberi semangat, dikala kehampaan tumbuh dalam penat
Adakah di pagi ini kau bawakan, bingkisan harap yang dulu telah terlupakan
Penghias suasana taman rumah jiwa ini, yang telah teramat lusuh terlalaikan


Duhai Sang Rembulan..
Yang dulu senantiasa menyinari malam gelap hatiku oleh cerita indah keceriaan
Yang memberi kedamaian pada taman jiwa, kala senja melangkah jelang temaram
Adakah di malam ini kau terangi lagi, perihnya jiwa merana oleh goresan cinta
mengusir jauh lelapnya kegelapan, yang senantiasa menghantui sebuah perjalanan

Duhai Sang Rembulan..
Yang dulu senantiasa menerangi kegundahan, dalam resah gelisah sebuah impian
Yang senantiasa bangunkan tidur lelap ku, kala jiwa merindu dalam keterlenaan
Adakah di malam nan resah ini, sudi kau hadir kembali menghiasi larut impian
Merobek khayalan yang membingungkan, bersama hangat pelukan yang menentramkan


Oh.. Wajah Wajah Langit Ku..
Kala Dirimu dulu berpadu menyatu, Galau Gerhana ini terenyuh menyentuh kalbu
Tak tahu menahu kehidupan taman terguncang, dalam gelisah ribuan kebimbangan
Menghiba resah kegelapan suasana taman, pada yang kan terjadi dalam kesepian
Sedang engkau berdua tersenyum memilu, dalam gelisah dilema sebuah pengabdian

Oh.. Putaran Musim Berlalu..
Salam Rindu Taman Jiwa ini pada para kekasih yang selalu menghadiri perjamuan
Mengabdikan diri pada sebuah kehidupan, yang senantiasa lurus terselenggarakan
Taman Jiwa ini terbengkalai tumbuh menyepi, Meniti harap pada sebuah kehadiran
Menikmati kesendirian dalam kenangan hari, Larut terlena dalam khayal impian

Oh.. Putaran Musim Menjelang..
Adakah Berkasan Cahaya yang akan sudi menerangi masa musim yang kan menjelang
Adakah Berkasan Cahaya yang akan sudi menerangi kehidupan lusuh sebuah taman
Yang Cahayanya mampu memberi tentram dalam gelap yang telah menanam kegalauan
Yang rela hiasi taman nan lusuh dan melupakan istananya yang penuh kemegahan

Duhai Berkasan Cahaya..
Yang terharap menerangi Taman jiwa dalam riang kehidupan siang terlebih malam
Yang akan mengganti dan tananamkan benih kehidupan baru dalam jiwa kekosongan
Sudikah hadir tumbuhkan kembali bunga bermekar warnai kehidupan langit senja
Kala mentari dan rembulan tidak mungkin lagi hadir bersama menyambut prahara

Duhai Berkasan Cahaya..
Sudikah kau hadir mendekap erat, resah jiwaku dalam gelap yang teramat penat
Menemani galauan Taman hati ini dan Mengantarkan pada yang teramat berharap
Pancarkan tulus sinar kehangatan, usir gundah jiwa yang telah lama mengarat
Menghapus gelisah tertanam dalam jiwa, yang telah lama melena tengah sekarat

Oh.. Mentari dan Rembulan..
Adakah Berkas Cahaya yang selalu dirindukan, oleh gelisah diri sebuah Taman
Tidakkah hendak kau titipkan, berkasan pemandu dalam meniti jalan kehidupan
Tuk Mencari Cahaya baru yang kan mengisi ruang rindu pada getir penderitaan
Merestui harapan taman bagi Cahaya yang akan menggantikan sebuah pengabdian

***

Untuk mu.. Mentari dan Rembulan..
Semoga Pengabdian mu bagi taman ini, berbuah nyata pada kehidupan yang nyata
Lusuhnya taman hati ini, senantiasa memohon Rahmat dari Sang Penggenggam jiwa
Menempatkan seluruh pengabdian mu, pada berkahan tempat tertinggi perjuangan
Dalam sebuah Kebahagiaan, pada Taman Indah milik-NYA, yang telah IA janjikan