Taman yang Tlah Melenakan

Semilir Angin BerBisik Sendu, Dalam Riuh Terpaan Pucuk Cemara
Teteskan Embun Tangiskan Keharuan, Di Lembah Jiwa Ku nan Dingin Beku

Hati pun TerGugah dalam KeEngganan, Coba MenCuri Khabar yang DiBawa
Namun Birunya Urat Urat Nadi Ku, Tak Kuasa lagi untuk bisa MenCerna
Tinggalah Seribu Tanya yang TerSisa . . .

Aah… Pasir Gersang ini.. Sejak Semalam Dia selalu Diam MemBisu
DiBelai Lembut Teramat Mesra, oleh Lentik Jemari Puncak Merapi
Ooh… Sang Bayu… Apakah yang telah Kau Bisikkan pada Adik Cemara ?

Samar Ku dengar Alun Melodi, yang Senantiasa Ajak DiriKu untuk Mencari
Ooh.. Dimanakah Itu . . ? Wahai Apakah Gerangan . . .
Yang telah Tega Mengusik Kesunyian Belantara dari Jiwa Ku

Ku Bangkitkan Diri dan Pandangi Ujung Kaki Cakrawala
Tempat dimana Kerajaan Sang Surya MeMulai Pengabdiannya
Mahkota KeEmasannya MemBias TerAmat Garang MengAngkasa
Meraih Pilunya Ribuan Gemintang, Teman Tidur Ku SeMalam

“SELAMAT PAGI PUTRA KESUNYIAN..!!!”, SapaNya Penuh Pesona…

Langit Selatan DiKuaknya MemBiru, BerIring Melodi itu Kembali MengGoda
Gemerlap Lampu Kota TerJerat Sekarat, TerTunduk Sayu MeRedup Satu Satu

Oh… Itukah Laut Sang Putri ? Gulungan Ombaknya MengIkali RambutNya
Dan Hamparan KaHangatan Pasir Putih, Biaskan Paras nan Ayu Penuh Manja
Sungguh Ku TerAmat Cemburu, Pada Buih Nakal yang Cumbui Betis IndahNya
Dan Istana Seribu Nyiur MeLambai, Penghias Taman “PuLau Impian” Nya

Ku Lekas BerGegas… Dan Senja pun MengAntarkan DiriKu di Tempat ini
Di Pusat Nadi Kemegahan Sebuah Tradisi, Paras Anggun GeLiat Wajah Kota
Yang telah Tega MengHanyutkan Ku dalam Kerinduan yang MenDalam
Akan Sebuah Kepingan Jiwa Ku yang Telah TerTawan dan MengHilang

Oh DiManakah? Mengapa Semua Sirna? Harapan, Impian, Bahkan Khayalan

Rebah Ku BerSimpuh Pasrah, Pada Sebuah Sudut Bangunan Candi
MenCoba untuk MeMugar Kembali Indahnya Prasasti Hidup Ku
Dari Ribu Serpihan Puing Puing, Yang telah Hancur dan BerSerakkan

Senja pun MenJemput Malam Kelam, Usir KeSendirian Ku Temani Sunyi
Kota BerDandan BerHias Nyala Lampu, Ejek Sang Surya Pulang ke PerAduan

Oh Bunda KeSunyian.. Antarkan pula DiriKu Pulang... Ku tlah TerAmat Lelah..

Di Tapal Batas JogjaKarta, Rindu Ku Semakin Menyesak…
Pada Hiasan Lampu Kota, Pada Adik Cemara, Dan Sang Putri Laut Jelita..

Aah.. Wahai Sang Malam.. Nyanyian Kereta ini.. TerLalu Menyayat Terasa…


2010 – PerJaLanan Hati
Di TapaL Batas JogjaKarta