Merebahkan diri di dalam lelah, pandangi langit diantara celah-celah
Melayang lamunan tengah hari yang gerah, dalam jutaan rasa resah
Gambar arakan awan berlarian, begitu cepat datang dan menghilang
Berganti jeritan pilu burung merindu, memaksa diri mengusir lamunan
Tertarik nafas panjang hati terpejam, lupakan semua gundah khayalan
Menyimpan lagi semua kenangan, yang sejak tadi keluar berterbangan
Bisikan angin menerpa dedaunan, terdengar makin terasa memilukan
Gemerisik mengganggu resah hati, seperti memperolok keputusasaan
Terbuka lagi lelahnya kelopak mata ini, memahami apa yang terjadi
Mencari harap satu keajaiban, pada cahaya langit yang menyilaukan
Awan Angin dan burung sontak membisu seakan mereka telah jemu
Mengusik linangan sudut mata, lambaian lentik jemari pucuk cemara
Ah Resah Jiwa ini.. Sedari tadi tak sedikit pun diri mampu menyadari
Akan senyum manis Adik Cemara yang menghalangi pandangan langit
Keteduhan yang disemaikan begitu lembut membelai diri dalam sunyi
Seakan ia tahu segala gelisah yang tengah tertanam di dalam jiwa ini
@>-;--;---
Ah.. Jiwa ini telah teramat jauh terlena pada buramnya sebuah pesona
Mencumbu mesra kegelisahan dalam sebuah rayuan tarian kesunyian
Jiwa lusuh merapuh menyeret kehidupan dalam kemesraan yang kelam
Menghabiskan satu masa dimana Adik Cemara tumbuh menoreh pesona
Penghuni taman hati ini pun tersenyum kembali riang dalam cengkrama
Merayakan sebuah rindu yang tercipta dalam rapuhnya dinding jiwa
Rerumput hijau yang sedari tadi diam membisu menggeliat dalam cita
Memeluk jelmakan harapan bagi esok yang mungkin berganti kecewa
@>--;-;--
Duhai Adik Cemara.. Pemberi tentram dalam teduhnya naungan jiwa
Jangan biarkan resah ini jauh terlena melayang lepas menuju angkasa
Menggapai langit biru yang telah tega mencuri separuh dari kehidupan
Melalaikan lemahnya hembusan nafas yang tak lagi memiliki harapan
Kala tempat terindah yang didamba ada begitu dekat dalam pandangan