Oh.. Siapakah yang telah begitu tega bangunkan tidur ku sepagi ini.
Mencumbui dahi punya ku dalam gelap dan lelap mimpi semalam
Membisik serangkai kata penuh keresahan mendekapi daun telinga
Mengugah penuh harap hati ku untuk bisa memahami sebuah prahara
Pagi buta mengais duka berselimut kabut-kabut yang tengah merana
Udara dingin menusuk kalbu membawa satu keterasingan masa lalu
Sekian lama sudah tak pernah ku jumpai dalam hening bening hati ini
Sosok lembut diri mu yang selalu hadir temani perjalanan hidup ku
Oh.. Ada apa gerangan dengan diri mu duhai embun ku tersayang?
Teramat pilu kudengar kisah mu menyusup dalam relung jiwa ku.
Walau resah mu itu tak pernah mencipta karat dalam sebuah penat
Namun batin dedaun merintih pedih tersentuh pilu syair lara mu.
Duhai Kelembutan.. Mestinya pagi tersenyum karna kau ada disini
Biaskan cahaya mentari tuk mewarnai lusuhnya suatu kehidupan
Menyibakkan tirai-tirai lalu yang tak mampu lagi dapat ku pahami
Karena jiwa telah teramat lelah dalam harap yang menjauh tak pasti
Dan ku teramat rindu embun ku yang dulu senantiasa hadir menemani
Selalu ceria berlomba dengan mentari menyapa ku dalam kemesraan
Pagi yang senantiasa menanti mu pun tak pernah luput menjadi saksi
Mengusir galauan dari jiwa ku kala diri mu tak pernah lagi kembali
Oh.. Akankah setetes resah mu itu mampu menjelma ribuan bidadari
Dengan binaran mata yang akan gemerlapi sepinya relung sebuah hati
Yang tak akan lagi tega mengelabui putaran hari yang akan kita lalui
Dan setia membisikan untaian kata penyejuk hati pada resah jiwa ini
@>-;--;---
Dan terbiaslah embun nan lembut mesra yang senantiasa menyapa
Mencumbu dahi punya ku tanpa ragu karena rindu ini dulu pernah ada
Mengenang lagi cerita indah masa lalu dalam remang pondok bahagia
Bercengkrama di Taman Asmara yang dulu pernah kita cipta bersama