Kabar Resah Sang Mentari

Sunyi Pagi Taman ini amat terasa tidak biasa aku rasa
Sejak semalam entah berapa gundah tlah penat menggoda
Tak biasanya Rembulan tak nampak hadir seperti biasa
Mengiring mimpi pada belaian lembut mengantar pagi

Mentari redup tampaklah enggan dia nya tuk tersenyum
Seperti tak hendak ingin ia menampak wajah bertegur sapa
Awan kelabu menggelar tirai pada raut wajah nan sendu
Samarkan kisah gelisah dalam lubuk hati para pejiarah

Tiraian rona Mentari redupi haparan hijau rerumputan
Galau gerhana tersemai kelam dalam dingin resah pelukan
Hendak kah sebuah asa menyiram tunas harapan tersisa
Kala cahaya tak lagi tumbuh memupuk resah pada akarnya

Oh.. Ada apakah lagi gerangan dengan geliat taman ku..
Bukankah harap kegelapan bergantung Cahaya Rembulan
Dan keceriaan pagi hanyalah milik pesona Sang Mentari
Mengapa taman ku merinding sepi terjebak kawalan mimpi

Bukankah Rembulan tak mengabari bahwa dia kan datang
Walau semalam wajah purnama ceria pancarkan harapan
Mengapa tetapan waktu merubah arah dan cepat berlalu
Hampakan dalamnya rindu pada rasa yang tengah menunggu

Oh.. Rembulan kelam telah mengingkari janji semalam
Tega bersembunyi meniti hari cumbui mesra mentari pagi
Redupi hati para penyepi campakkan jiwa para pemimpi
Gugah kesadaran penghuni taman untuk sebuah kenyataan

Bukankah Rembulan tak mengabari bahwa dia kan datang
Walau semalam wajah purnama ceria pancarkan harapan
Mengapa tetapan waktu merubah arah dan cepat berlalu
Hampakan dalamnya rindu pada rasa yang tengah menunggu

Oh.. Bagaimana dengan malam ku yang telah ditinggalkan
Tergolek kelam dalam kesunyian yang teramat mendalam
Akankah dia seindah pesona kala bunga kuncup merindu
Mengisi cahaya asmara yang lama terpisahkan oleh biasnya

Cahaya Mentari dalam dilema sebuah rasa tak berdosa
Kabari sebingkai resah dalam kesunyian pagi taman hati
Harap esok kebahagiaan tercurah dalam tangis harapan
Taman tak hendak bersemi kala cahaya tak pernah abadi