Hujan... Sebuah nama yang sedikit aneh terdengar di telinga. Mengapa fenomena jatuhnya rintik-rintik air yang datangnya dari wajah cakrawala dinamai dengan nama tersebut. Panas mentari yang memanggil uap air dan angin yang menjemputnya untuk dibawa pada kegersangan yang membutuhkannya, menjadi teman seperjalanan yang teramat setia dalam mengemban sebuah siklus berthemakan Pengabdian ini.
Dikala langit memuram durja menggambarkan kesedihan yang teramat dalam, wajah alam ini menjadi gelap menyeramkan. Kilatan cahaya kemarahan dan teriakan guntur yang menggelegar, menyertai dan melatari sebuah lakon kesedihan dari Sang Langit yang tengah mengalami keresahan. Awan berarak menggumpal hitam kelam, menjadi sebuah pertanda kesedihan teramat dalam yang tak tertahankan. Robekan luka Sang Awan yang tak terjahit pun tak lagi kuasa menangiskan bermilyar butiran air mata kesedihannya. Mengabarkan bagi para pendamba bahwa musim akan tiba.
Dibalik sebuah lakon Kesedihan, hujan memberi harapan akan sebuah kehidupan dan kesegaran bagi keriput paras bumi dan mahluk-mahluk melata yang tengah sekarat mendamba kehadirannya. Bermilyar Bakteri tanah yang duduk termenung sontak bersorak dan berpesta, menimbulkan aroma bau tanah yang khas terhirup segar mencipta ribuan senyum gembira. Tanah sehat berhara bergeliat susupi celah retakan kegersangan dan menguak lapisan baru yang terasa nyaman bagi benih-benih muda. Menyusun sebuah rencana kehidupan baru dan meneruskan ribuan generasi yang akan tumbuh lebih baik dari sebelumnya.
Dalam hening dan diam Sang Hujan mencumbui pucuk dedaunan yang sedari tadi melambai memanggilnya. Lepaskan sebuah kerinduan yang dalam menghujam dari lapuknya kegersangan Jiwa yang telah lama menanti kehadirannya. Bersenggama mewariskan kelembabab bagi butiran tanah dan hirupan udara. Larikan tanah basah pun senyum tersipu malu, menyapa akar yang senantiasa bersembunyi didalam pelukannya. Mengucapan ribuan rasa syukur akan ringannya mehisap makanan kehidupan bagi daun dan tunas muda berdandan untuk siap bersintesa.
Kemuraman Sang Hujan adalah sebuah siklus alami yang senantiasa menggeliatkan kehidupan alam raya. Sebuah pengabdian mulia yang menjadi berkah bagi semua mahluk yang sejak dulu pernah ada. Meski entah mengapa, duka kemuraman Sang Hujan yang selalu menyertai bersama kehadirannya, senantiasa bercermin sendu dalam sudut sebuah hati. Teramat menoreh luka pada dinding Jiwa, bagi sebuah Harapan Lusuh Sang Pengembara..
Ah.. Mengapa Riang Mentari teramat jarang menemani untuk cipta pelangi yang mampu menghiasi gelapnya kemuraman ini. Jembatan cahaya warna yang berujung mesra pada sudut kedukaan sebuah jiwa. Pengantar beribu bidadari yang hendak bercengkrama di dalam taman hati ini..