Retakan Ranting Kering

Adalah sebuah rasa yang tak biasa dalam rasa resah yang terasa
Adalah balutan rindu masa lalu yang terlalu dalam sebuah haru
Adalah gundah yang tergugah dalam lelah yang menjadi gelisah
Ada pun diri terasa sepi dalam sunyi berselimutkan duka lara hati

Taman menyepi dikala musim hendak berganti mengulang mimpi
Geliat pagi mengusir embun ciptakan khayal kelabu dingin membiru
Resah mentari pada sesosok diri yang hancur meluruh dan merapuh
Mencipta kehampaan bagi tentram yang tak akan lagi menghilang

Pohon kehidupan ini meranggas pada musim yang tak lagi pasti
Sampai kapankah gugur daun kerinduan hendak bersemi kembali
Sedang rindu susupi celah retakan ranting kering amat menyiksa
Yang telah mematahkan ribuan kerapuhan pohon lara kehidupan
Hingga meranggas dalam sebuah gersang kering dan semi merana

Tiada lagi harap tunas muda tumbuh dalam sebuah buai kemesraan
Kala sang musim berlarut melaju menyiram udara panas kematian
Tak jua tetes embun hendak memeluk lembut pada pagi yang sunyi
Menghapus debu gulana pucuk-pucuk harapan yang masih tersisa
Semua menghampa jalani siklus yang telah nyata sia-sia adanya

Taman tak lagi terasa indah tanpa gemerisik dedaun bercengkrama
Karena perih luka jiwa tergorek pada setiap serat dalam pelepah lara
Tiada lagi rindu nan penuh harap merekah terbangkan serbuk asmara
Ranting kering terbujur kaku menunggu riak hempasan angin prahara
Melontarkan pada semak derita dalam taman yang tak lagi beraroma

Tiadalah ranting kering memohon pada cengkraman musim yang tiba
Akan sebuah derita kehidupan yang telah layu dalam luka masa lalu
Retakan yang rapuh pasrah terjatuh dengan sekujur tubuh melumpuh
Tergolek usang dalam takdir yang tak pernah lagi mampu bayangkan
Melebur bersama semak hempaskan diri bagi kesetiaan sebuah resah