Badai Derita Setengah Purnama

Musim berangsur kerap berlalu, setengah Purnama tertinggal membisu
Tiada jawab.. tiada pula tanya.. Semua melarut menjemput sirna.. Meniada..
Musim tetes Kegelisah mengganti Tiba.. Musim cucuran Resahan air mata
Taman Menggigil memungut Prilaku, sekedar basahi resapan Kenangan Lalu..

Angin pun pergi meninggal terpa.. Menghilang lenyap buaian kata terluka
Merambahi dingin sudut-sudut Taman yang terbelenggu sebuah Keadaan
Kembali pada putaran waktu, kala Dirinya harus merobek masa Para Perindu..

Duhai Angin.. Sampaikan Salam Rindu Ku ini untuk hadir Dia..
Getaran Serpihan Rasa yang dulu tidak sempat terucapkan untuk nya..
Gemerisikan Guguran Dedaun Kenangan kala Jiwa Ku merindukannya...
Nyanyian Sunyi tembang miliknya yang telah mengisi sebongkah Resah Jiwa..

Sampaikan Salam Rindu Ku dikala engkau membelai indah parasnya.
Bisikkan kata Mesra hingga Dia pun tahu Jiwa Ku tengah merindukannya...
Kala kesunyian Jiwa Ku tiada lagi penghibur yang senantiasa memberi ceria..
Bagi gelisah Rindu yang tengah melanda Jiwa hingga Kisah tak lagi ternoda..

Dia tetap ada teramat dekat di Lubuk Hati bersama Anggun Pribadinya..
Senantiasa Membagi Kebaikkan rasa ceriakan Kesunyian Jiwa Pendamba..
Bukanlah Jiwa Ku takut untuk Mendekat walau sekedar untuk Menyapa..
Yang lebih Jiwa Ku takutkan Dia akan lebih menjauh menghilang tanpa alasan..

Wahai Angin.. Jagakanlah Dia agar senantiasa Berbahagia selalu disana
Hembusan Bisikan mesra untuk nya dari Getar Rindu Ku yang takan mereda...
Masihlah tetap Kusimpan Azimat Kasih kala Musim tak lagi BerSahabat
Curahan makna KeSucian.. Pembasuh Derita dan Rindu serta Kisah Kenangan..

Sampaikan Salam Rindu Ku dikala engkau susupi celah resah yang terlupa
Goreskan impian hingga Dia mengerti bahwa JiwaKu adalah bayangan resahnya...
Jiwa ini akan tetap hadir menunggu “disana” dalam gelap kesunyian miliknya
Berkisah Lama, kala semua Jiwa luput ditelan impian, walau tanpa lagi dia sapa..

Tiadalah harap terakhir kala Purnama kembali pada Bulatan resah Cahaya..
Kepahitan adalah jika Dia bukan menatap Purnama yang sama di antara Kita..
Sungguh.. Aku akan tetap tersenyum disini kala Engkau tengah bahagia disana..
Karena Gelisah yang tersesat akan mengantar Jiwa kembali ke awal perjalanannya..

*/
Dan Atmosfer dalam Tubuh Kurus ini tak tahu lagi apa yang tengah Meradang..
Jiwa meniti PerJalanan.. Hati meResah pada Angin Pasrah.. Rindu tetaplah meRindu
Dan DiriMu terAmat Paham akan semua gejala yang menganggu Taman Indah Ku..
Jiwa Ku sekarat di Keteduhan Laku Mu, bersemayam di Keheningan Langit Malam Mu..