SeBersit Harapan KeBersamaan

Lama tak Ku sapa DiriMu Kakanda.. Karena tempat ini bukan untuk Mu..
Karena Kau senantiasa Menghilang.. Setiap saat Kau pergi meninggalkan ..
Duhai yang TerCinta.. Apakah JiwaKu ini telah membenci dirinya sendiri?
Begitu pedih kala Ku tahu kenyataan Sang Diri yang pergi dan tak peduli.
Ada apakah gerangan dengan bagian hidup yang kini tengah DiriKu alami?
Setengah diri ini seakan tak mengakui kehadiran Jiwa yang mempercayai..

Apalah yang DiriMu cari..? Jika materi.. Tolong.. Janganlah membutakan..
Karna Rasa Kesedihan.. Tiadalah karena Jiwa berharap semua yang Kau cari..
Oh.. Suasana ini telah memojokkan JiwaKu pada liku laku yang tak menentu.
Sedang Dia adalah batang tempat tumbuh ranting HidupKu dimana bertumpu
Mengapa kepedulian itu terlempar begitu jauh pada bunga-bunga berwarna
Sedang ranting tempat tumbuhnya adalah seribu luka yang selalu aku derita.

Engkau datang dan pergi berlalu bagai Angin… Melintas resahan Taman..
Tanpa membawa kabar yang senantiasa diharap para Penghuni Kesunyian
Engkau bahkan menghilang kala masa harapan dicipta untuk Kebersamaan
Menusuk Jiwa berputus asa dari segala harapan yang tak pernah mau diam..

Tahukah engkau bahwa takan mungkin Jiwa ini akan begitu tega melepaskan
Walau luka berkarat diterpa badai sikap Mu yang senantiasa mengguncangkan
Tahukah engkau bahwa Jiwa Ku berharap Diri Mu senantiasa ada Bersama
Walau perih segala laku Mu dibalik galauan Jiwa tanpa sadar merindukan Mu

Sungguh Aku Rindu.. Seharusnya Kita merindui Kebersamaan sejak dulu..
Kebersamaan Kita yang telah lama hilang sejak semua pergi meninggalkan..
Aku disini sendiri menyepi.. Membusuk menanti kepedulian Mu untuk itu..
Dan Aku menangis dikala hari pun turut memporak-porandakan Taman Kita

Yah, Musim ini teramat berat bagi pohon kebersamaan yang tengah kita bina
Pohon titisan Kasih dalam Taman tempat masa kecil kita berduka dan ceria
Tidakkah Kau ingat kala rengek JiwaMu memohon binaan untuk itu semua?
Sedang kini Engkau terasa Angkuh melupakan segala apa yang masih tersisa

Yang Ku inginkan DiriMu ada disini.. Walau tanpa ada satu pun belas alasan.
Ketahuilah duhai yang TerCinta.. karena DeritaKu bukanlah sebatas kata-kata
LakuMu percikkan perih bagi sebuah rasa.. Rasa Jiwa Ku dan juga Rasa Dia
Dan Musim ini pun turut lantakkan Taman tempat Kita dulu BerCengkrama
Kenangan Bersama Para Kekasih yang mungkin kini tengah Menangis kecewa

Aku hanyalah Pucuk dedaun kecil yang tertiup Badai di ujung Kebimbangan..
Aku tak hendak tumbuh, Kala JiwaKu masih teramat Rapuh pada Laku Mu
Engkau campakkan Harapan itu.. Dan DiriMu tetaplah bagian dari HidupKu..
Dan Aku masih tetap di dalam Taman Sunyi ini, MeRindui Kebersamaan itu..

Jika JiwaKu Pergi oleh LakuMu.. Sesungguhnya, JiwaKu tetap akan meRindu..
Namun jika Engkau ada disini.. Setidaknya Diri Mu akanlah sedikit Mengerti..
Dalamnya JiwaKu karam Engkau hempaskan, Beratnya beban satu Kebersamaan
Sungguh.. Yang Ku takut adalah Derita penyesalan lanjut beralih pada JiwaMu..

Duhai.. Adakah Engkau bersama JiwaMu disana bisa sedikit mengerti Kakanda?
Mengerti akan pedihnya sosok Jiwa yang selama ini hidup antara Ada dan Tiada
Bisakah Engkau untuk tinggal bersama barang Sejenak mengingat masa lalu Kita
Hingga Engkau sadari bahwa hidup ini bukanlah hanya sekedar Perjalanan saja..

*****
Untaian sapa bagi JiwaMu warnai Taman Usang ada pada sebuah Kebersamaan
Dan Ingatlah.. Jika bukan Kita yang Membenahi.. Siapa lagi yang akan Peduli..?